MAKALAH BALANCE SCORDCARD



MAKALAH
AKUNTANSI MANAJEMEN
Tentang:
  Balance Scorecard
Oleh:
KELOMPOK V
ALFANDI ERLANGGA    :1630402008
ANITA FITRI                       :1630402012
AYNUL FITRI                     :1630402018
ENNOVALIA                       :1630402031
FITRA YUNITA                  :1630402037
GENDI GELFANO             :1630402041
Dosen Pembimbing:
Mega Rahmi SE,Sy.M.Si
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2018
 
 
KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis. Sehingga kami berhasil menyelesaikan suatu makalah Akuntansi Manajemen tentang “ Balances Scordcard” yang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan kelemahan sehingga tidak tertutup kemungkinan terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangatlah penulis harapkan demi perbaikan kita semua.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.
                                                                                          
Batusangkar,  02 April 2018
Penulis
 






A.     Konsep dasar balance scorecard
Kaplan dan Norton tahun 2000 (dalam Gaspersz 2005), melaporkan hasil-hasil proyek penelitian pada multi perusahaan dan memperkenalkan suatu metode penelitian kinerja yang berorientasi pada pandangan strategis ke masa depan, yang disebut Balanced Scorecard. Pada dasarnya, setiap profesi memiliki alat-alat komunikasi yang jelas dengan pengguna akhir (end user), misalnya Akuntan berkomunikasi menggunakan pernyataan-pernyataan finansial, Insinyur berkomunikasi menggunakan gambar-gambar teknik, Arsitek berkomunikasi menggunakan model-model fisik (maket) dan gambar-gambar bangunan, Dokter berkomunikasi menggunakan hasil-hasil analisis laboratorium, dan lain-lain. Namun bagaimana orang-orang yang terlibat dalam perencanaan strategis perusahaan, misalnya dewan direktur perusahaan, manajer-manajer, supervisor, dan karyawan berkomunikasi. Hal ini masih menjadi masalah di Negara-negara maju maupun Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sipayung (2009) mengemukakan balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan, yaitu ukuran kinerja finansial masa lalu dan memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi: perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. Surya (2014) berpendapat bahwa balanced scorecard adalah metode manajemen kinerja terintegrasi yang menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran kinerja dan strategi organisasi. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional serta ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Perusahaan yang inovatif menggunakan balanced scorecard karena bermanfaat sebagai motode manajemen strategis yang memiliki sasaran tidak hanya berorientasi pada jangka pendek, namun juga membidik sasaran jangka panjang. Dapat diketahui perusahaan yang menggunakan balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting, seperti: (1) Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi, proses dimulai dengan tim manajemen puncak yang bersama-sama bekerja menerjemahkan dan ukuran strategis; (2) Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis; (3) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis. (nugrahayu, 2015)

B.     Sejarah balance scorecard
Konsep Balanced Scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya. Balanced Scorecard terdiri atas dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini dapat juga digunakan untuk merencanakan skor yang hendak dicapai atau yang diwujudkan personal di masa depan. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja personal diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Pada awalnya Balanced Scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan, akibatnya fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja keuangan dan kecenderungan mengabaikan kinerja non keuangan. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori studi tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan” (Kaplan dan Norton, 2000). Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced Scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan non keuangan, serta kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan, diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif, yaitu : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan Balanced Scorecard. Berdasarkan pendekatan Balanced Scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan akibat diwujudkannya kinerja dalam pemuasan kebutuhan pelanggan, pelaksanaan proses bisnis internal yang produktif dan cost effective dan/atau pembangunan personel yang produktif dan berkomitmen. Kaplan dan Norton mulai tahun 1992 mengembangkan konsep pengukuran kinerja yang dikenal dengan Balanced Scorecard (BSC) sebagai koreksi atas berbagai kelemahan ukuran kinerja finansial (Gunawan, 2009). Konsep balanced scorecard pertama kali dikembangkan oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton dalam bukunya yang berjudul Translating Strategy Into Action: The Balanced Scorecard. Pada awal tahun 2000 balanced scorecard tidak lagi hanya dimanfaatkan oleh eksekutif untuk mengelola perusahaan, namun juga dimanfaatkan oleh seluruh personel (manajemen dan karyawan) untuk mengelola perusahaan. Balanced scorecard memberi kerangka yang jelas bagi seluruh personel untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai kinerja non keuangan. Penggunaan teknologi informasi telah mendukung penerapan balanced scorecard untuk dikomunikasikan ke seluruh personel, sehingga dapat dilakukan koordinasi dalam mewujudkan berbagai sasaran strategik perusahaan yang telah ditetapkan. Balanced scorecard pada tahun 2006 mulai dikembangkan untuk mengintegrasikan dua metode, yaitu: metode manajemen strategik berbasis balanced scorecard dan metode pengelolaan kinerja personel (Mulyadi, 2007:319). (nugrahayu E. r., 2015)
C.     Implementasi kartu scorecard berimbang
Balanced Scorecard yang baik harus dapat menjelaskan strategi unit bisnis  yang baik pula. Balanced Scorecard harus mengidentifikasi dan menyatakan  dengan eksplisit tahapan hipotesis mengenai hubungan sebab akibat diantara  berbagai hubungan hasil dan faktor pendorongnya. Setiap ukuran yang dipilih  untuk disertakan dalam Balanced Scorecard harus merupakan unsur dalam sebuah  rantai hubungan sebab akibat yang mengkomunikasikan arti strategi unit bisnis kepada seluruh perusahaan.

D.     Mamfaat dan keunggulan balancescorecard
1.      Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam  perencanaan strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif  keuangan. Melalui ketiga perspektif yang lain : pelanggan, proses bisnis  internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Perluasan perspektif  menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang dan menumpukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang  kompleks. 
2.       Koheren
Kekoherenan berarti dibandingkannya hubungan sebab akibat nyata  keluarnya yang dihasilkan sistem perumusan strategi dengan keluaran yang  dihasilkan sistem perencanaan strategik. Balanced Scorecard mampu  menjadikan koheren seluruh komponen total business plan. Kekoherenan  terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang diperkirakan akan terjadi  dan juga dapat meningkatkan komitmen personal dalam mengimplikasikan rencana tersebut.
3.      Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang.
4.      Terukur
Balanced Scorecard menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang  ditentukan ukurannya untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran  strategik yang telah dirumuskan dan untuk mengukur faktor yang memacu  pencapaian sasaran strategik tersebut (Mulyadi, 2001).
  1. Faktor yang Memacu Perusahaan Mengimplementasikan Balance Scorecard
Dari beberapa pengalaman perusahaan yang telah implementasi BSC, ada tiga kelas permasalahan yang menghambat perusahaan dalam implementasi BSC, yaitu masa transisi, desain scorecard, dan proses yang dijabarkan oleh faktor komitmen senior manajemen, jumlah keterlibatan individu, penjabaran scorecard ke semua level, waktu proses pengembangan BSC, memperlakukan BSC sebagai suatu proyek sistem, pengalaman konsultan, memperkenalkan BSC hanya untuk kompensasi (Kaplan, 2001).
1.      Masa Transisi (X1)
Kekecewaan muncul setelah beberapa perusahaan yang sedang menjalankan proyekBSC mengalami perubahan organisasi karena merger atau diakuisisi. Tim senior manajemendi perusahaan yang baru merger atau diakuisisi tidak memiliki minat dan menghentikanproyek tersebut. Setelah akuisisi, perusahaan cenderung menekankan strategi pemotonganbiaya dan BSC tidak dilihat sebagai alat bernilai untuk perampingan perusahaan. Untukmenghadapi masa transisi ini diperlukan keterlibatan dan komitmen tim manajemen yangbaru terbentuk terhadap proyek implementasi BSC.
2.      Desain Scorecard (X2)
Beberapa kegagalan terjadi ketika perusahaan membangun BSC. Scorecardperusahaan gagal karena desain scorecard tidak menggambarkan strategi perusahaan.Kegagalan juga terjadi ketika scorecard yang dibangun di masing-masing fungsional tidaksejalan dengan scorecard unit bisnis maupun scorecard perusahaan secara menyeluruh.Masing-masing divisi ataupun unit bisnis memiliki scorecard-nya masing-masing yang tidakterkoordinasi secara kelompok dan bersinergi dengan perusahaan.
3.      Proses
a.       Komitmen Senior Manajemen (X3)
Tim middle management dapat membantu perusahaan mengembangkan operasionalyang ada namun untuk menerjemahkan dan membuat proses dan sistem sejalan membutuhkankepemimpinan dari manajemen puncak. Selain itu investasi waktu untuk hadir dalam rapat timproyek BSC dimana mereka dapat berdebat dan berargumen mengenai tujuan dan ukuran padascorecard perusahaan dan hubungan sebab akibatnya dalam peta strategi. Rapat inimembangunkomitmen secara emosional terhadap strategi, terhadap scorecard sebagai alatkomunikasi, dan terhadap proses manajemen yang membangun Strategy-Focus Organization(SFO).
b.      Jumlah Keterlibatan Individu (X4)
Membangun scorecard dengan melibatkan terlalu banyak individu bisa berakibat fatal juga. Terlalu banyak yang individu melibatkan banyak kepentingan sehingga tidak dapat fokus ke sasaran yang ingin dicapai. Sebaiknya dibentuk tim khusus BSC yang akan mendorong proses implementasi BSC di seluruh organisasi sekaligus sebagai agen perubahan. Tim ini lazimnya terdiri dari anggota lintas fungsi (keuangan, pemasaran, teknologi informasi/Tl, SDM, dan sebagainya).
c.       Penjabaran Scorecard ke Semua Level (X5)
Scorecard harus efektif dan dibagi dengan tiap orang dalam perusahaan. Sasarannyaadalah membuat setiap orang dalam perusahaan memahami strategi dan memberikankontribusi untuk implementasi BSC sehingga tidak ada gap yang besar antara visi danpengembangan strategi di level atas dan dengan apa yang dilakukan di level bawah. Hal inimemberikan kesempatan bagi semua karyawan bukan hanya eksekutif dan manajer untukberpartisipasi dalam performance appraisals dimana sasaran individu diukur terhadap linibisnis tujuan perusahaan (Kaplan, interviewed by Waal). Perusahaan yang tidak menjabarkanscorecard ke seluruh level perusahaan dapat mengakibatkan kehilangan potensi untuk inovasi,kereatifitas, dan pembelajaran karyawan.
d.      Waktu Proses Pengembangan BSC (X6)
Beberapa kegagalan terjadi ketika tim proyek merasa hanya ada satu kesempatanuntuk memperkenalkan scorecard sehingga ingin menghasilkan scorecard yang sempurna.Tim meyakini bahwa tiap ukuran dalam scorecard harus memiliki data yang valid sehinggamembutuhkan waktu berbulan-bulan mendapatkan ukuran-ukuran, mengembangkan prosespengumpulan data, dan lini dasar untuk ukuran-ukuran scorecard. Learning by doingmerupakan paradigma yang kuat. Scorecard merupakan proses manajemen yangberkesinambungan bukan suatu one-time event. Tujuan, ukuran, dan kumpulan data akanberubah seiring waktu sesuai dengan pembelajaran perusahaan.
e.       Memperlakukan BSC sebagai Proyek Sistem (X7)Scorecard seharusnya dimulai dengan proses manajemen, bukan suatu proses sistem.Sistem dan teknologi penting, namun masukannya setelah proses manajemen awalmenggeneralisasikan tujuan, ukuran, inisiatif, dan menghubungkan scorecard ke seluruhperusahaan.
f.       Pengalaman Konsultan (X8)
Perusahaan harus berhati-hati dalam melibatkan konsultan yang kurangberpengalaman dalam implementasi BSC. Perlu ada kejelasan tanggung jawab dari konsultankarena konsultan bukanlah pemilik program, dan juga tidak menyusun KPI. Tugas utamakonsultan adalah meyakinkan manajemen puncak terhadap perlunya BSC, memfasilitasipenyusunan visi, misi, strategi, dan KPI, serta melakukan transfer pengetahuan kepada pihakperusahaan.
g.      Memperkenalkan BSC hanya untuk kompensasi (X9)Perusahaan menggunakan kompensasi sebagai suatu pendongkrak yang kuat untukmendapatkan perhatian dan komitmen individu terhadap strategi. Scorecard digunakan untukmemperkenalkan indikator-indikator non-keuangan ke dalam suatu rencana kompensasi yangtidak mencakup bagaimana ukuran non-keuangan tersebut mendorong peningkatan kinerjaperspektif pelanggan dan keuangan. Kaitan ke kompensasi memacu kinerja keuangan ketikadidasarkan pada suatu strategi scorecard, bukan pada KPI scorecard.( Tanios. 2009)

  1. Perubahan Lingkungan Bisnis Menurut Perubahan Tipe Perencanaan yang Digunakan oleh Perusahaan
Langkah-langkah perencanaan SDM meliputi (Jackson & Schuller. 1990):
a)    Mengumpulkan dan menganalisis data untuk estimasi SDM yang diharapkan, perencanan bisnis masa depan, dan meramal permintaan SDM;
b)   Menetapkan tujuan SDM
c)    Mendesain dan mengimplementasikan program yang akan membantu organisasi mencapai tujuan SDM
d)   Memonitor dan mengevaluasi program-program tersebut.
Semua aktivitas yang tercakup dalam keempat fase tersebut dibedakan dalam tiga periode waktu, yaitu short term planning (kurang dari satu tahun),intermediate term planning (dua atau tiga tahun), dan long term planning (lebih dari tiga tahun). Untuk memudahkan penggambaran dapat dilihat padapada figure dan selanjutnya dijelaskan secara rinci masing-masing perencanaan tersebut.
1.      Perencanaan SDM Jangka Pendek
Para ahli psikologi organisasi atau industri melakukan aktifitas yang berhubungan dengan pendesainan dan pengimplementasian program seperti, penarikan, sistem seleksi, program pelatihan untuk mendapatkan kebutuhan organisasi jangka pendek. Banyak aktifitas secara umum melibatkan elemen perencanaan yang berorientasi kedepan diperluas. Bahkan proyek untuk manatujuan yang dicapai diharapkan dalam waktu yang singkat, misalkan untukbeberapa bulan, telah didesain dengan pemahaman bagaimana tujuan jangkapendek berhubungan dengan pencapaian tuuan jangka panjang (Jackson & Schuler,1990).Untuk menjelaskan linkages antara perencanaan SDM dan perencanaanbisnis strategik, sangat penting bagi manajemen puncak untuk memiliki visikedepan dimana visi tersebut dikomunikasikan dan diterima kepada seluruhmanajer organisasi (Jackson & Schuller, 1990).
Mengestimasi permintaan dan penawaran jangka pendek
Dengan horizon jangka pendek permintaan dan penawaran SDM dapatdiprediksi dengan pasti, diantaranya;
1)      Tujuan perencanaan SDM melihat ketidaksesuaian antara permintaan danpenawaran. Permintaan, meliputi jumlah dan karakteristik orang yangmembutuhkan pekerjaan tertentu pada waktu dan tempat tertentu. KarakteristikSDM mencakup keahlian, kemampuan, tingkat upah atau pengalaman.Penawaran mencakup pembayaran dan pengalaman SDM yang tersedia untukjabatan tertentu.
2)    Sebagai cara untuk mengestimasi lowongan dan pertumbuhannya, denganmemproyeksikan kecenderungan masa lalu ke masa depan.
3)   Estimasi jumlah dan tipe pekerjaan yang akan dieliminasi atau diciptakandalam jangka pendek akan mengikuti perencanan bisnis yang dilakukan olehmanager lini.
4)   Karakteristik pekerjaan yang ada dan berpotensi untuk diinventarisir dandijalankan oleh SDM dipengaruhi oleh sifat organisasi dan lingkunganorganisasi.
5)   Dalam perencanan SDM adalah sangat penting untuk mengetahui karakteristikdan keperluan bisnis, yang diperoleh dengan melakukan pertemuan denganmanajer lini.
Proses diskusi dengan pihak-pihak yang terlibat dalam perencanaan SDM jangkapendek ini akan meningkatkan ketepatan dalam mengestimasi dan memfasilitasi penetapantujuan SDM.
Penetapan tujuan jangka pendek:
Dengan horizon jangka pendek akan menetapkan term yang dapat diukurdengan mudah. Tujuan perencanaan SDM jangka pendek mencakup:
1)   Meningkatkan SDM yang tertarik melamar pekerjaan terhadap organisasi.
2)   Merekrut calon SDM yang berbeda dalam keahlian.
3)   Memperbaiki kreteria penggajian baru.
4)   Meningkatkan lamanya waktu SDM untuk bekerja dalam organisasi.
5)   Sebaliknya menurunkan lamanya waktu yang tidak menginginkan SDMbekerja dalam organisasi.
6)   Memberikan pengembangan bagi SDM lama dan baru dalam keahlian yangdibutuhkan organisasi.
   Banyak tujuan secara umum dapat dicapai dengan cara menerapkan seni teknikmanajemen SDM dan bekerja dengan manajer lini untuk memastikan pemahamantjuan program.
Mendesain dan mengimplementasikan program-program jangka pendek.
Keahlian tehnik psikologis sering diterapkan dalam desain dan implementasiprogram-program jangka pendek, seperti;
1)   Recruiting, program ini menggunakan keahlian psikologis dalam rangka mempengaruhi ukuran dan kualitas calon SDM.
2)   Selection, digunakan untuk meningkatkan program hiring.
3)   Appraisal, program ini untuk mengidentifikasi kemampuan kinerja yang digunakan untuk penghargaan.
4)   Training, program ini dimaksudkan untuk pengembangan keahlian SDM.
5)   Compensation, program ini dipersiapkan untuk penggajian, menarik SDM baru, memotivasi dan mempertahankan SDM agar lebih produktif.
Evaluasi program jangka pendek
            Evaluasi program jangka pendek dibutuhkan untuk menilai sejauh manapercapaian tujuan jangka pendek. Tujuan perencanaan jangka pendek diukur danevaluasi program SDM dipakai untuk mengetahui kelayakan keperluan jangkapendek organisasi. Perencanaan SDM jangka pendek disebut Startegi SDM.Strategi berfokus bagaimana pengelolaan SDM. Dalam strategi ini terdapatbeberapa aktivitas pelengkap sebagai faktor pendukung penciptaan Strategi SDM(Schuller & Walker, 1990), antara lain:
1)   Merespon terhadap perubahan lingkungan.
2)   Menggunakan orientasi pembuatan agenda bisnis dan SDM.
3)   Memperhatikan hubungan bisnis dan SDM secara integral dalam mencapai sukses akomodasi perubahan organisasi.
4)    Manajer lini harus lebih terlibat dalam kegiatan ini.
Evaluasi perencanaan SDM jangka pendek adakalanya terdapat sejumlahperubahan mendasar dan menjadi perhatian khusus bagi SDM, Perubahanmendasar tersebut antara lain:
1)      Perubahan secara cepat dan penuh  etidakpastian lingkungan bisnis.
2)      Terjadi perubahan atau kenaikan biaya karena meningkatnyapersaingan kompetitif dan menurunnya profit margin.
3)       Akselerasi perubahanteknologi yang cepat dengan demikian membutuhkan kompetensi baru melalui pendidikan dan pelatihan.
4)      Semakin kompleksnya organisasi dari sisi produk,lokasi, teknologi yang digunakan, maupun pelanggan dan pasar.
5)      Adanyaperubahan organisasi kearah flat dan lean, sehingga lebih fleksibel.
6)      Adanya Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan perubahan dalam aspek-aspek demografi, yang dapat menyebabkan keterbatasanketersediaan SDM yang perlukan.
7)      Oleh karena itu perlu ada tanggapan yangtepat terhadap perubahan kekuatan eksternal.
8)      Meningkatnya persainganmultinasional, aliansi dan kerjasama hubungan multilateral.
            Masalah diatas hendaknya diidentifikasi dengan pengumpulan data yangdiperlukan dan melakukan analisis masalah tersebut sehingga akan mempermudahstrategi perencanaan SDM.yang dibuat. Pendekatan yang dilakukan sebaiknyaberfokus pada masalah yang ada, dengan demikian perusahaan akan lebih mampu :
a)         Mengetahui keinginan mereka dan mengurangi gap atau masalah masalah yangada.
b)         Selektif dan focus pada isu-isu penting serta tepat dalam melakukan untukmengatasinya.
c)         Mengembangkan komitmen dan cepat bertindak pada masalah-masalah yang mendesak.

Orientasi pada isu-isu SDM yang pada hakekatnya merupakan isu bisnis,dengan demikian organisasi harus menjaga pandangan manajemen dan bukan saja pada pandangan staf departemen SDM. Perusahan juga harus mengalokasikan sumber-sumber agar misi dan tujuan bisnis dapat tercapai. Supaya perencanaan strategis berjalan efektif hendaknya memperhatikan hal-hal seperti isu-isu dan strategi-strategi hendaknya dikomunikasikan kepada semua level organisasi, meningkatkan keefektifan manajemen (seperti responsibility, capacity, accountability, dan recognition) dalam implementasi perencanaan tersebut, serta mengevaluasi kembali dan memodifikasi proses SDM dan operasi fungsi staf untuk mendukung implementasi strategi. Dengan demikian perencanaan SDM strategic dapat berhasil baik apabila didukung dengan adanya suatu kondisi diantaranya:
a.       Perencanaan strategi yang mempertimbangkan lingkungan dan SDM.
b.       Perencanaan strategi menggunakan input secara kualitatif dan kuantitatif.
c.        Perusahaan memiliki strategi yang spesifik.
d.      Perusahaan memiliki kelompok pembuat perencanaan yang punya komitmentinggi terhadap perencana strategik.
e.       Memperhatikan peranan lingkungan eksternal dan perhatian perencanaan SDMharus mempertimbangkan people related business.
f.       Perlunya memberdayakan manajer ditingkat lini untuk dilibatkan dalammengidentifikasi isu-isu SDM sebagai isu strategik, serta dalam perencanaanbisnis strategic.
2.      Perencanaan SDM Jangka Menengah
Seperti diketahui bahwa perencanaan digunakan oleh organisasi untuk menyangga proses delivery produk atau jasa dari sumber-sumber yang tidak pasti.Program SDM untuk recruitment, selection, training, dan motivation SDM membantu mengurangi ketidakpastian dengan memastikan bahwa sejumlah orangdengan karakteristik dan keahlian yang diminta tersedia pada semua level organisasi. Perubahan dalam lingkungan bisnis yang cepat menyebabkan waktu kedepan tidak mudah untuk diantisipasi memlalui trend masa lalu. Fokus yangPerencanaan SDM Strategik: Mengantisipasi Perubahan Lingkungan Bisnis yang bergerak dari perencanaan jangka pendek ke jangka menengah berkaitan dengan pertanyaan “apa yang akan kita butuhkan”, dan pada perencanaan jangka menengah ini sesuatu yang lebih tidak pasti adalah yang berhubungan dengan pertanyaan “apa yang akan tersedia”.
Dalam meramalkan SDM jangka menengahdibutuhkan banyak perhatian pada hal-hal teknis, sebab dalam periode jangka menengah tingkat ketidak pastian semakin tinggi. Dalam dalam perencanaan SDM jangka menengah diawali dengan peramalan permintaan dan penawaran yang tidak jauh berbeda dengan perencanaan SDM jangka pendek, kemudian penentuan tujuan dan pengembangan program. Peningkatan ketidakpastian ini menyadarkan akan pentingnya interaksi antara perencana SDM dengan manajer lini agar dalam membuat peramalan penawaran dan permintaan lebi kritis dan akurat.
Mengestimasi permintaan dan penawaran jangka menengah
Dalam meramalkan jumlah dan kualitas SDM yang diperlukan agar dalammenjalankan suatu pekerjaan organisasi berhasil baik selama jangka menengah,organisasi perlu memperkirakan keluaran organisasional seperti produksi, volumepenjualan yang diinginkan. Keluaran yang dikehendaki dengan menggunakan suatuteknologi yang dipakai, menentukan SDM yang diperlukan.
Menetapkan tujuan jangka menengah
Apabila perkiraan permintaan dan penawaran SDM telah dibuat makalangkah selanjutnya adalah menentukan tujuan jangka menengah dan disertaidengan pengembangan rencana tindakan yang akan digunakan untuk mencapaitujuan tersebut. Langkah ini dilakukan dengan kerjasama antara perencana SDMdengan manajer lain yang relevan dalam organisasi. Perbedaan tipe tujuan dalamjangka pendek dan menengah merefleksikan adanya perbedaan dalam tipeperubahan yang mungkin terjadi dalam jangka waktu perkiraan 2-3 tahun. Dengandemikian tujuan jangka pendek diantaranya menarik, menilai, dan menugaskanSDM dalam pekerjaan. Sedangkan tujuan jangka panjang diantaranya penyesuaiankembali keahlian SDM, sikap, dan perilaku yang cocok terhadap perubahan utamadalam kebutuhan bisnis seperti penyesuaian praktik SDM untuk dicocokan dengan perubahan kebutuhan SDM.
Program-program jangka menengah
Program jangka menengah yang sering digunakan pada umumnya adalahpelatihan (training dan retraining). Program training misalnya berupa ketrampilandasar bagi SDM baru untuk lebih mengenal tempat kerjanya atau pekerjaannya,pelatihan bagi karyawan lama untuk meningkatkan keahliannya misalnya, magang,dan kemitraan dengan lembaga-lembaga pendidikan. Ada beberapa faktor ataualasan yang mendasari organisasi untuk mengembangkan program-programtersebut diantaranya:(1) Perubahan teknologi.Pelatihan atau training ini diharapkan SDM dapat meningkatkan keahliannyadengan demikian dapat mengikuti perkembangan teknologi.
(2) Adanya pergeseran dari manufacturing-based menjadi service-based.Perusahaan manufaktur tentu berbeda dengan perusahaan jasa, oleh karena itudiperlukan pelatihan agar SDM memiliki cukup kemampuan dalampenyesuaian tersebut.Perencanaan SDM Strategik.

(3) Kekurangan tenaga kerjaDitengah-tengah perubahan yang tidak pasti kekurangan tenaga kerja yang dibutuhkan secara kuantitas maupun kualitas sering terjadi sehinggaperusahaan merasa perlu mempersiapkan calon SDM sejak dini, misalnya ketika mereka masih berada dilembaga pendidikan.
(4) Kondisi ekonomi yang memaksa adanya downsizing.Tuntutan downsizing harus diiringi dengan peningkatan kualitas atau kompetensi SDM yang ada agar lebih produktif dan berkinerja tinggi sehingga performance organisasi tetap utuh bahkan meningkat.
(5) Kebutuhan organisasi untuk mengadaptasi diverse workforce.Hal ini sangat diperlukan karena tuntutan kompleksitas organisasi yang menuntut keanekaragaman SDM.
Mengevaluasi program jangka menengah
Psikolog menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengevaluasi program - program
SDM jangka menengah meliputi tingkat ketidakpastian yang lebih tinggi. Juga karena lingkup program yang lebih luas maka unit analisis yang tepat untuk valuasi seringkali berupa tingkat produktivitas dari seluruh departemen atau unit bisnis. Meskipun para psikolog industri telah menentukan metode pengukuran penilaian level kinerja individual, teknik pengukuran tidak dapat di terjemahkan dengan mudah kedalam pengukuran produktifitas.
3.      Perencanaan SDM Jangka Panjang
Perencanaan SDM jangka panjang bersifat sangat penting bagi organisasiseiring dengan perubahan dan perkembangan pasar dunia yang semakin kompetitifyang menyebabkan beralihnya SDM sebagai sumber-sumber untuk keunggulankomptetif dan survival organisasi. Ini adalah aktifitas permintaan integrasi keahliandan pengetahuan perencana SDM dan semua tanggungjawab eksekutif lain untukperencanaan strategik. Meskipun ada banyak tipe usaha perencanaan jangkapanjang, yang dibahas dalam artikel ini adalah succesion planning (Jackson danSchuler, 1990).
Mengestimasi permintaan dan penawaran jangka panjang
Perhatian utama bisnis jangka panjang (succesion planning) dalamorganisasi adalah apa tipe manajer yang dibutuhkan untuk mengejar bisnis di abadke duapuluh satu, dan bagaimana kita membuat keyakinan bahwa kitamempunyainya? Program succesion planning adalah sistem yang sangat kompleksdidesain untuk pengamanan jangka panjang kesehatan organisasi. Succesionplanning adalah perencanaan yang dibuat oleh perusahaan untuk mengisi posisiposisieksekutif yang paling penting (Dessler, 2000). succesion planning adalah mengidentifikasi SDM yang berpotensi tinggi,mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan dan memberikan pembelajaranpengalaman untuk mengembangkan kompetensi tersebut.Program yang dikembangkan termasuk berbagai komponen yaitu prosedurseleksi, rencana pengembangan, pembimbingan, review kinerja secara teratur dansistematis, dan perencanaan karir yang melibatkan karyawan untuk merencanakandan mengawasi perkembangan mereka sendiri.
 Organisasi adalah sistem dinamisyang melekat dalam lingkungan yang dinamis. Ketika perencanaan dibutuhkanuntuk masa depan, bahawa kebutuhan masa depan akan berbeda dengan kebutuhansekarang. Kebijakan populer telah lama dikenal bahwa tipe pemimpin yangberbeda adalah efektif untuk kondisi bisnis yang berbeda pula. Tahap awalpertumbuhan dalam pembeuatan succesion planning adalah sangat sulit. Sebabkebutuhan masa depan inkonsisten dengan kebutuhan sekarang, tantangannyaadalah untuk menemukan cara memaksimalkan keefektifan manajer dalamlingkungan organisasi yang sekarang yang tumbuh dengan cepat sementara padasaat yang sama menyediakan pengalaman manajer membantu mereka untukmengembangkan keahlian yang mereka butuhkan dalam tahap kedewasaanlingkungan organisasi dimasa depan.Tipe lain dari perubahan utama bahwa organisasi mungkin berpengalamanselama horison perencanaan beberapa tahun adalah sebuah modifikasi dari strategikompetisinya. Seperti perubahan dari pertumbuhan yang cepat ke stabilitaskedewasaan, perubahan dalam strategi kompetisi mungkin mempunyai implikasisignifikan untuk tipe manajer yang dibutuhkan. Succesion planning ini bermanfaatbagi organisasi:
(1) Memastikan keberlanjutan kepemimpinan yang dipersiapkan untuk mendudukiposisi-posisi strategis.
(2) Melibatkan tim menajemen senior dalam proses review bakat-bakatkepemimpinan yang ada dalam organisasi.
(3) Menempatkan isu-isu keanekaragaman SDM dalam organisasi.
(4) Membimbing aktivitas pengembangan para eksekutif kunci.
(5) Memeriksa kembali struktur, proses, dan sistem dari unit bisnis maupunorganisasi.
(6) Penyesuaian terhadap fungsi SDM lain yang mendukung proses kepemimpinanbaru.
(7) Dengan demikian menyediakan kontribusi terhadap nilai pemegang saham.
Program dan implementasi jangka panjang
Untuk banyak organisasi succesion planning dan pengembangan karir adalahalat untuk mengintegrasikan keragaman subgroup dalam oragnisasi. Organisasimenggunakan succesion planning untuk menggerakan SDM berbakat melaluiperbedaan untuk membangun budaya organisasi yang konsisten dan unit organisasi(McManis & Leibman, 1988). Tantangan mengintegrasikan keragaman adalahsesuatu program besar dan membutuhkan kepiawaian dalam implementasi.Meskipun pembicaraan pada perencanaan SDM program jangka panjang iniPerencanaan SDM Strategik
Dari succession planning ke succession managementPerubahan lingkungan bisnis yangn semakin cepat dan kompetitif akansangat mempengaruhi organisasi dalam menentukan kebijakan SDM. Oleh karenaitulah maka sering dengan kebutuhan organisasi melakukan transformasi dalamlingkungan bisnis maka organisasi merasa perlu memikirkan kembali bagaimanamemodifikasi succession planning menjadi succession management. Dengansuccession management organisasi menciptakan pendekatan yang lebih dinamis dan fleksibel dalam menyiapkan eksekutif masa depan dan memiliki kepemimpinan yang sesuai dengan tantangan bisnis yang dihadapi organisasi. Sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini, succession planning memiliki sejumlah dimensi yang berbeda dengan succession management.
Evaluasi program jangka panjangSekarang ini banyak pengetahuan kita tentang bagaimana mengembangkandan memperbaiki poragram SDM jangka panjang telah dimunculkan melaluipenelitian yang sistematik. Banyak pengetahuan tentang perilaku individu danpengembangan telah diperoleh dengan analisis jumlah masif data yangdimunculkan dengan skala besar, sejalan dengan sistem perencanaan manajemen.Pertanyaan-pertanyaan seperti bagaimana kemampuan dan faktor-faktorkepribadian mengkontribusikan untuk sukses karir manajerial, dan mereka jugadiinformasikan tentang pola perubahan kehidupan dan diantara. Evaluasi perencanaan jangka panjang menekankan pada kemampuan untuk memprediksi outcome individu, seperti kemajuan karir dan kepuasan. Evaluasi program jangka panjang dapat juga menggunakan outcomeorganisasi seperti share price, market share dan lain-lain. Mengintegrasikan kebutuhan bisnis dan perencanaan SDM sebagai indikator adalah sebagai legitimasi kreteria untuk sukses evaluasi.(Fauzi. 2005)

G.    Konsep Manajemen Strategik
Di era informasi seperti saat ini, setiap perusahaan menghadapi lingkungan usaha yang sangat berbeda dibanding era sebelumnya. Perusahaan menghadapi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif ditingkat lokal maupun internasional, baik didalam lingkup industri perusahaan itu sendiri maupun industri yang berbeda. Dalam situasi lingkungan bisnis yang sangat kompetitif, setiap perusahaan harus memiliki sistem manajemen strategi yang tidak hanya sekedar mampu merespons perubahan yang terjadi, tetapi juga sistem manajemen yang mampu menciptakan masa depan perusahaan melalui perubahan-perubahan yang dilaksanakan sejak saat ini.
Manajemen strategi adalah suatu proses yang digunakan oleh manajemen dan karyawan untuk merumuskan serta mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk mewujudkan visi organisasi. (Rudianto:2013, p.245)
Dalam upaya mencapai tujuan organisasi, terdapat begitu banyak hal dan persoalan yang harus dikerjakan dengan serius oleh manajemen perusahaan. Balanced Scorecard membantu organisasi untuk menghadapi dua masalah fundamental, yaitu:
1.         Mengimplementasikan strategi dengan sukses.
2.         Mengukur kinerja organisasi secara efektif.

Mengimplementasikan strategi secara efektif menjadi permasalahan tersendiri. Setidaknya terdapat empat pembatas implementasi strategi di organisasi: pembatas visi, pembatas orang, pembatas sumber daya, dan pembatas manajemen.
           Secara tradisional pengukuran terhadap bisnis berkisar pada aspek keuangan, yang kemudian banyak mendatangkan kritik. Ukuran keuangan tidaklah konsisten dengan lingkungan bisnis saat ini, memiliki daya prediktif yang sangat lemah, mengakibatkan munculnya hambatan fungsional, menghambat cara berpikir jangka panjang, dan tidak lantas bisa relevan bagi kebanyakan level organisasi.
           Banyak metode yang telah dikembangkan untuk melakukan pengukuran kinerja perusahaan. Dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran keuangan. Hal ini disebabkan karena ukuran keuangan yang paling mudah dideteksi, sehingga pengukuran kinerja personel juga diukur dengan dasar keuangan. Kinerja lain seperti peningkatan komitmen personel, peningkatan kompetensi, dan sebagainya sering kali diabaikan. Dalam pendekatan  Balanced Scorecard, pengukuran kinerja didasarkan pada aspek keuangan maupun nonkeuangan. Aspek nonkeuangan mendapatkan perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek nonkeuangan, yaitu peningkatan costeffectiveness proses bisnis, peningkatan komitmen organisasi, dan peningkatan kepercayaan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipat gandaan kinerja, maka fokus perusahaan haruslah ditujukan kepada peningkatan kinerja dibidang nonkeuangan karena dari situlah kinerja keuangan berasal. (Horngren:2008, p.9)
            Manajemen strategis adalah proses untuk membantu organisasi dalam mengidentifikasi apa yang ingin mereka capai, dan bagaimana seharusnya mereka mencapai hasil yang bernilai. Besarnya peranan manajemen strategis semakin banyak diakui pada masa-masa ini dibanding masa-masa sebelumnya. Dalam perekonomian global yang memungkinkan pergerakan barang dan jasa yang secara bebas diantara berbagai negara, perusahaan-perusahaan ditantang untuk semakin kompetitif. Banyak dari perusahaan yang telah meningkatkan tingkat kompetisinya ini menawarkan produk kepada konsumen dengan nilai yang lebih tinggi, dan hal ini sering menghasilkan laba diatas rata-rata.
            Manajemen strategi diwujudkan dalam bentuk perencanaanberskala mencakup seluruh komponen dilingkungan sebuah organisasi yang dituangkan dalam bentuk program kerja dan proyek tahunan. Rencana strategis berorientasi pada jangkauan masa depan. Visi, misi pemilihan strategi yang menghasilkan strategi induk, dan tujuan strategi organisasi untuk jangka panjang merupakan acuan dalam merumuskan rencana strategi, namun dalam teknik penempatannya sebagai keputusan manajemen puncak secara tertulis semua acuan tersebut terdapat didalamnya.
            Rencana strategis dijabarkan menjadi rencana operasional yang antara lain berisi program-program operasional termasuk proyek-proyek, dengan sasaran jangka sedang masing-masing juga sebagai keputusan manajemen puncak. Penetapan rencana strategis dan rencana operasi melibatkan manajemen puncak karena sifatnya sangat mendasar/prinsipil dalam pelaksanaan seluruh misi organisasi, untuk mewujudkan, mempertahankan dan mengembangkan eksistensi jangka sedang termasuk panjangnya. Pengimplementasian strategi dalam program-program termasuk proyek-proyek untuk mencapai sasarannya masing-masing dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen lainnya yang mencakup pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran dan kontrol.
           Sistem manajemen strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola tindakan terpilih untuk mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, sistem manajemen strategis bercirikan: mengendalikan anggaran tahunan, berjangka panjang dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen strategis yang demikian dibanyak perusahaan swasta mengalami kegagalan. Sebab-sebabnya antara lain: hanya 25% manajer yang memiliki insentif yang terhubung ke strategi, 60% perusahaan tidak menghubungkan anggarannya ke strategi, 85% dari tim eksekutif menghabiskan waktu kurang dari satu jam untuk membahas strategi tiap bulan, dan hanya 5% pegawai yang memahami strategi.
           Namun sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena perusahaan ditutut untuk berkembang secara terencana dan terukur, sehingga memerlukan peta dan perjalanan menghadapi masa depan yang tidak pasti, memerlukan langkah-langkah yang strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan dan komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Balanced scorecard yang dikembangkan oleh Norton dan Kaplan memberikan solusi terhadap tautan ini. Peran balanced scorecard dalam sistem manajemen strategis adalah: memperluas perspektif dalam setiap tahap sistem manajemen strategis, membuat fokus manajemen menjadi seimbang, mengaitkan berbagai sasaran secara koheren, dan mengukur kinerja secara kuantitatif. Dengan menggunakan manajemen strategis, perusahaan akhirnya dapat memahami kekuatan bersaing dan mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan secara sistematis dan konsisten.

H.    Beda Strategik Dalam Manajemen Tradisional Dengan Manajemen Strategik Dalam Kontemporer Manajemen
Perbedaan sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen kontemporer: (Sanoto, 2014. P.4)

Sistem manajemen strategik dalam manajemen tradisional
Sistem manajemen strategik dalam manajemen kontemporer
1.      Hanya berfokus pada perspektif keuangan.
2.      Sistem perencanaan yang mengandalkan pada anggaran tahunan.
3.      Sistem perencanaan menyeluruh yang tidak koheren.
4.      Perencanaan jangka panjang yang tidak bersistem.
1.      Mencakup perspektif yang
komprehensif: keuangan, pelan- ggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran/ pertumbuhan
2.      Koheren: membangun hubu-ngan sebabakibat diantara berbagai sasaran strategis yang dihasilkan dalam pe-rencanaan strategis
3.      Terukur: semua sasaran stra-tegis ditentukan ukurannya baik untuk sasaran strategis perspektif keuangan maupun perspektif non keuangan.
4.      Seimbang: keseimbangan sa-saran strategis yang di-hasilkan oleh sistem pe-rencanaan strategis penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
5.      Adaptif dan respontif ter-hadap perubahan lingkungan bisnis: pengukuran aspek keuangan tradisional mela-porkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara me-ningkatkan kinerja di masa depan. Aspek customer, ino-vasi dan pengembangan, lear-ning memberikan pedoman terhadap costumer yang selalu berubah preferensinya.
Fokus terhadap tujuan perusahaan:
1.      Perspektif keuangan. Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam peng-olahan bisnis dan peni-ngkatan produktivitas ya-ng dikuasai personel.
2.      Perspektif  customer. Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai perusahaan yang akrab dengan lingkungan.
3.      Perspektif proses bisnis internal. Terwujudnya pelipat gandaan kinerja seluruh personel perusahaan melalui implementasi.
4.      Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Terwujudnya keunggulan jangka panjang per-usahaan lingkungan bis-nis global melalui pe-ngembangan dan pem-fokusan potensi sumber daya manusia.

Setiap sistem tetap ada kelemahannya, demikian juga BSC. Kelemahan BSC antara lain:
1.         perangkat yang lebih secara efektif mengukur implementasi strategi dari pada mengukur penentuan strategi.
2.         Meski berperan penting dalam memperkuat hubungan antara inisiatif perbaikan pelanggan dan strategi organisasi, namun tidak mengindikasikan bagaimana pelanggan baru dan pasar baru dapat diidentifikasi. (Raiiborn : 2011, p. 239)

  1. Balance Scorecard Sebagai Inti Sistem Manajemen Strategik
Balanced scorecard secara singkat adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh, mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran kepada stakeholders. Kata balanced dalam balanced scorecard merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai perspektif, jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian (intern dan ekstern). Kata scorecard mengacu pada rencana kinerja organisasi dan bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif (Kaplan dan Norton, 2001:7). Menurut Mulyadi (2001:1) mendefinisikan Balanced Scorecard berdasarkan asal katanya yaitu balanced (seimbang) dan scorecard (kartu skor). Pengertian Balanced Scorecard menurut asal katanya adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh personel masa depan. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.  (Nawirah, 2014)
Sipayung (2009) mengemukakan balanced scorecard adalah suatu kerangka kerja untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan, yaitu ukuran kinerja finansial masa lalu dan memperkenalkan pendorong kinerja finansial masa depan yang meliputi: perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata. Surya (2014) berpendapat bahwa balanced scorecard adalah metode manajemen kinerja terintegrasi yang menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran kinerja dan strategi organisasi. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional serta ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.  (Nugrahayu, 2015)
Manajemen strategik berbasis balance scorecard adalah manajemen strategik yang dilaksanakan secara bersistem yang menggunakan balanced scorecard dalam sistem perencanaan strategik sebagai alat penerjemah visi, misi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategik organisasi (Mulyadi, 2005:45). Perusahaan atau organisasi menggunakan fokus pengukuran balanced scorecard untuk menghasilkan proses manajemen penting, yaitu:
(1) Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
Proses dimana strategi organisasi diterjemahkan ke dalam berbagai tujuan strategik yang spesifik meliputi keempat prespektif balanced scorecard.
(2) Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategik.
Tujuan dan ukuran strategik balanced scorecard dikomunikasikan ke seluruh elemen organisasi. Hal ini dimaksudkan seluruh organisasi mengetahui berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar organisasi berhasil.
(3) Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategik
Sasaran untuk berbagai presfektif harus ditentukan untuk tiga atau lima tahunan, yang jika berhasil dicapai akan mengubah organisasi. Sasaran-sasaran tersebut harus mencerminkan adanya perubahan kinerja dalam organisasi.
(4) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategik
Proses ini adalah yang paling inovatif dan merupakan aspek yang paling penting dari seluruh proses manajemen balanced scorecard. Proses ini memberikan kapabilitas bagi pembelajaran organisasi pada tingkat eksekutif. (Tesis, Dewi Fortiana, STUDI TENTANG MENEJEMEN STRATEGIK BERBASIS BALANCE SCORECARD DI YAYASAN AL. KAUTSAR LAMPUNG, 2016 : 28-29)
Dalam perkembangan selanjutnya, balanced scorecard tidak hanya dipakai untuk mengukur kinerja organisasi saja, namun berkembang menjadi inti sistem manajemen strategi. Lebih dari sekadar pengukuran, balanced scorecard merupakan sistem manajemen yang memotivasi breakthrough improvement dalam semua bidang kritis, seperti produk, proses, customer, dan pengembangan pasar. Ada empat proses managing strategy yang mengkombinasikan tujuan jangka panjang dan jangka pendek secara optimal meliputi:
1. Proses translating the vision (proses menterjemahkan visi)
Proses ini membantu manajer membangun konsensus visi dan strategi organisasi.
2. Proses communication and Linking
Proses ini mengajak manajemen mengkomunikasikan tujuan individu dan departemen, setting tujuan, menghubungkan reword dengan pengukuran kinerja.
3. Proses business planning (perencanaan bisnis)
Memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan perencanaan bisnis dan keuangan yang meliputi: setting targets, alokasi sumber daya, pelurusan inisiatif strategy, penetapan kejadian-kejadian penting.
4. Proses feedback and learning (umpan balik dan pembelajaran)
Mengartikulasikan bagian visi, menyiapkan umpan balik strategi, memfasili-tasi review dan learning strategy. (http://media.netili.com)

  1. Keunggulan Balance Scorecard
Keunggulan pendekatan balance scorecard dalam menilai kinerja perusahaan menurut Mulyadi (2007:323) adalah: (1) Komprehensif, maksudnya adalah balance scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan strategik dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan meluas pada tiga perspektif yang lain, yakni customer, proses, serta pembelajaran dan pertumbuhan; (2) Koheren, maksudnya adalah balance scorecard mewajibkan personel membangun hubungan sebab-akibat (causal relationship) di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal dengan sasaran keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung; (3) Balance, maksudnya adalah keseimbangan antara sasaran strategis yang di perspektifnya, karena pengukuran kinerja dengan menggunakan balanced scorecard tidak hanya memperhatikan aspek keuangan perusahaan saja, namun juga aspek non keuangan seperti pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan; (4) Terukur, maksudnya semua strategi yang ditetapkan di tiap perspektif balanced scorecard memiliki tolok ukur masing-masing. Sasaran strategis yang ada di perspektif non keuangan merupakan hal yang tidak mudah diukur, namun dengan pendekatan balanced scorecard sasaran-sasaran strategis non keuangan (perspektif pelanggan, proses bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ditentukan ukurannya sehingga dapat dikelola dan dievaluasi hasilnya serta dapat diketahui kontribusinya terhadap kinerja perspektif keuangan). (Nugrahayu, 2015)
Keunggulan Balance Scorecard dari Pengukuran Kinerja Tradisional
Dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja berdasarkan perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
1. Merupakan konsep pengukuran yang komprehensif.
Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak hanya pada aspek kuantitatif saja, tetapi juga aspek kualitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi dan market development merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediakan keseimbangan antara pengukuran eksternal seperti laba, dengan ukuran internal seperti pengembangan produk baru. Keseimbangan ini menunjukkan trade-off yang dilakukan oleh manajer terhadap ukuran-ukuran tersebut dan mendorong manajer untuk mencapai tujuan mereka dimasa depan tanpa membuat trade-off diantara kunci-kunci sukses tersebut. Melalui empat perspektif, balanced scorecard mampu memandang berbagai faktor lingkungan secara menyeluruh.
2. Merupakan konsep yang adaptif dan responsif terhadap perubahan lingkungan bisnis. Pengukuran aspek keuangan tradisional melaporkan kejadian masa lalu tanpa menunjukkan cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kinerja masa depan. Aspek customer, inovasi dan pengembangan, learning memberikan pedoman terhadap customer yang selalu berubah preferensinya
3. Memberikan fokus terhadap goal menyeluruh perusahaan. (http://media.netili.com)





























DAFTAR PUSTAKA
Nugrahayu, E. R. (2015). Penerapan Metode Balance Scorecard Sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi Vol.4 No.10 , 4.
Nawirah. (2014). Penerapan Sistem Manajemen Strategi Berbasis Balance Scorecard Pada Organisasi Sektor Publik. 4.
Nugrahayu, E. R. (2015). Penerapan Metode Balanced Scorecard Sebagai Tolok Ukur Pengukuran Kinerja Perusahaan. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 4.
(Tesis, Dewi Fortiana, Studi Tentang Menejemen Strategik Berbasis Balance Scorecard Di Yayasan Al. Kautsar Lampung, 2016 : 28-29)
Rudianto. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta:Pt Gelora Aksara Pratama.
Sonoto F.,John. 2014. Balanced Scorecard (Bsc):Tools Strategis Pengukuran Masa Depan. Jurnal Uniera Volume 3 Nomor 1; Issn 2086-0404.
Horngren T., Charles. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta: Pt Indeks
Fauzi Agus. 2005. Perencanaan Sdm Strategic : Mengantisipasi Perubahan Lingkungan Bisnis Yang Dinamis Guna Mencapai Competitive Advantage. Volume.5, No. 2
Tanios Debby. 2009.  Journal Of Business Strategy And Execution. Volume.2



Komentar

Postingan Populer