JIT



MAKALAH
AKUNTANSI MANAJEMEN
Tentang:
JIT
Oleh:
KELOMPOK V
ALFANDI ERLANGGA    :1630402008
ANITA FITRI                       :1630402012
AYNUL FITRI                     :1630402018
ENNOVALIA                       :1630402031
FITRA YUNITA                  :1630402037
GENDI GELFANO             :1630402041
Dosen Pembimbing:
Mega Rahmi SE,Sy.M.Si
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH KONSENTRASI AKUNTANSI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
BATUSANGKAR
2017
KATA PENGANTAR

Description: BISM-4
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis. Sehingga kami berhasil menyelesaikan suatu makalah Akuntansi Manajemen tentang JITyang alhamdulillah tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari akan kelemahan sehingga tidak tertutup kemungkinan terdapat kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangatlah penulis harapkan demi perbaikan kita semua.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.
                                                                                          
Batusangkar,  26 Maret 2018


Penulis



BAB I
Latar Belakang
Kompleknya aktivitas produksi dalam usaha memenuhi kebutuhan atau permintaan pasar menyebabkan suatu program terbaru yang tepat dan sesuai kondisi harus segera diimplementasikan. Sistem pengadaan persediaan merupakan hal penting dan harus diperhatikan setiap perusahaan karena menyangkut efisiensi dan efektivitas setiap kegiatan produksi. Sistem andalan di era manufacturing ke II adalah sistem just in time (JIT). Sistem ini banyak dikembangkan di Jepang dan telah terbukti bahwa dalam implementasinya mampu mendukung kemajuan perusahaan.
Berbagai dilema yang dihadapi perusahaan dalam menyelenggarakan pengadaan bahan adalah kurang tepatnya pengiriman dengan saat produksi, menumpuknya bahan sehingga mengakibatkan biaya persediaan yang tinggi serta adanya kerusakan bahan yang menumpuk terlalu lama sehingga mengakibatkan banyaknya kerugian yang akan diderita oleh perusahaan.
Solusi terbaik untuk mengelola persediaan adalah aplikasi sistem just in time, dimana sistem ini memodifikasi sistem persediaan langsung pakai (dibeli, dipakai dan langsung habis). Untuk aplikasi yang tepat dalam terapannya maka perlu dibentuk sistem kerjasama secara integral dalam lingkungan JIT. Untuk itu dari segi faktor pembelian, sistem produksi, sistem pengiriman bahan baku maupun barang jadi harus terjadwal sesuai dengan kapasitas yang dimiliki suatu pabrik (perusahaan).
Just in time merupakan salah satu konsep yang mendukung manajemen biaya untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi di lingkungan industri sebagai akibat kemajuan teknologi dan otomatisasi. Dalam konsep JIT dilakukan eliminasi biaya melalui eliminasi jumlah persediaan (persediaan = 0). Eliminasi jumlah persediaan ini secara otomatis menghilangkan biaya penyimpanan dan transportasi serta sekaligus mengakibatkan penurunan tingkat toleransi terhadap kesalahan produk.
B. Tujuan
 1. untuk mengetahui konsep JIT
2. Untuk mengetahui bagaiman pengimplikasian JIT
3. Untuk mengetahui elemen-elemen JIT
BAB II
JIT (Just in time)
A.    KONSEP JIT
Perusahaan dalam meningkatkan efisiensi produksi, dapat menggunakan Just In Time System. Menurut Agus (2010:2) Just In Time adalah “Suatu falsafah manajemen yang ditujukan untuk melenyapkan pemborosan yang terjadi pada semua aspek manufaktur dan kegiatan lain yang berkaitan dengan proses manufaktur tersebut. Dalam konsep just in time, Simamora, (2002:107) menyatakan terdapat empat aspek fundamental dalam konsep just in time, yaitu: (1) Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktifitas atau sumber daya yang menjadi sasaran untuk pengurangan atau penghilangan. (2) Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang. Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan. (3) Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan. Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus- menerus nilai yang kian besar yang diberikan kepada pelanggan. (4) Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai tambah, hal ini membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai. (Diaz, PENERAPAN METODE JIT PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA BAHAN BAKU, 2015)
Dalam konsep Just In Time, Simamora, (2002:107) menyatakan terdapat empat aspek fundamental dalam konsep Just In Time, yaitu: (1). Menghilangkan segala aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah bagi seluruh produk atau jasa. Dalam hal ini mencakup seluruh aktifitas atau sumber daya yang menjadi sasaran untuk pengurangan atau penghilangan. (2). Komitmen tinggi terhadap mutu melakukan secara benar segala sesuatunya dari awal adalah esensial manakala tidak ada waktu untuk mengerjakan ulang. Perusahaan perlu memiliki komitmen untuk mencapai dan mempertahankan tingkat mutu yang tinggi dalam semua aspek aktivitas-aktivitas perusahaan. (3). Upaya perbaikan yang berkelanjutan dalam efisiensi aktivitas perusahaan. Perusahaan perlu mencanangkan komitmen terhadap perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) pada semua aktivitas perusahaan dan kegunaan data yang dihasilkan bagi manajemennya. Perbaikan yang berkesinambungan adalah pengupayaan terus- menerus nilai yang kian besar yang diberikan kepada pelanggan. (4). Penekanan pada penyederhanaan dan peningkatan visibilitas aktivitas nilai tambah, hal ini membantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang tidak menambah nilai. (Putra, 2014)
B.     Impikasi Konsep JIT
Just in Time adalah filosofi pemecahan masalah secara berkelanjutan dan memaksa yang mendukung produksi yang ramping (lean). Produksi yang ramping (lean production).  Memasok pelanggan ketika pelanggan menginginkannya, tanpa pemborosan, melalui perbaikan berkelanjutan (Heizer and Render, 2004,h.258).
Sasaran utama Just in Time adalah meningkatkan produktifitas sistem produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran Just in Time menitikberatkan pada continus improvement untuk mencapai biaya produksi yang renda, tingkat produktifitas yang lebih tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dan pemasok. (Araini, 2003)
Bisa dikatakan penggunaan metode Just in Time adalah bisa menekan pemborosan sehingga efisiensi produksi akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan kualitas dari produk yang dihasilkan. Masyah (2004, h. 104) mengatakan ada beberapa karakteristik utama dari perusahaan yang telah menerapkan system Just In Time, diantaranya adalah
1.      Kualitas yang tinggi. Perusahaan yang telah menerapkan syste JIT berupaya mencapai tingkat kualitas dimana mereka dapat beroperasi dengan persediaan yang rendah dan skedul yang tepat. Sistem JIT berupaya menghapus sumber-sumber yang tidak efisien dan gangguan serta melibatkan karyawan dalam operasi untuk terus melakukan perbaikan. Dengan kata lain perusahaan berpegang pada konsep “yang lebih baik menghasilkan barang yang berkualitas tinggi dengan biaya produksi sedikit lebih mahal, dari pada menghasilakan barang dengan biaya produksi murah tapi kualitasnya rendah.
2.      Tingkat persediaan rendah. Dalam sistem JIT, persediaan dianggap suatu pemborosan karena adanya persediaan diperlukan biaya penyimpanan dan biaya tambahan lainnya. Persediaan digudang tidak banyak, yang ada hanya secukupnya untuk melanjutkan proses produksi kepada unit kerja berikutnya dan kalau habis baru dikirim lagi, sehingga ada arus kerja yang berkesinambungan.
3.      Jalur produksi yang fleksibel. Sistem produksi yang menggunakan sellular manufacturing technique yaitu peraturan layout dan peralatan proses produksi yang fleksibel sehingga barang yang diproduksi tidak terlalu sering mengalami perpindahan tempat dan juga tidak perlu masuk ketempat penyimpanan, karena perpindahan produk  terlalu sering dianggap sebagai non value added activity.
4.      Perubahan stuktur organisasi yang mengarah keproduk. Konsep JIT menghendaki setiap bagian dalam proses produksi mempunyai service departement masing-masing sehingga apabila ada penyimpanan dapat ditelusuri sedini mungkin.
5.      Penggunaan teknologi informasi secara efektif. Merupakan salah satu syarat utama dalam penerapan sistem JIT. Sistem JIT merupakan konsep apapun (non schedule interruption) yang dapat diterolil, disebabkan penyimpanansekecil apapun dari jadwal rutin akan menyebabkan kemacetan proses produksi.  (Kuswanti, 2009)
Sedangkan menurut Maiga and Jacob (2008), penerapan Just In Time dapat memperbaiki aset produktifitas, pertumbuhan penjualan, karakteristik perusahaan dan posisi perusahaan pada dunia bisnis modren. JIT hanya meminta unit yang dbutuhkan tersedia dalam jumlah yang dibutuhkan dan pada saat yang dibutuhkan (Bayo-Moriones et al., 2008). (Wike)
Menurut Blocher, Chen dan Lin (2002), tujuan dari penerapan Just in time adalah untuk membeli bahan baku tepat waktu untuk digunakan dalam proses produksi, dan untuk memproduksi dan mengantarkan barang tapat waktu untuk dijual. Ini dapat dicapai dengan mengurangi pemborosan, mengurangi persediaan, membangun hubungan yang baik dengan pemasok, meningkatkan keikutsertaan pekerja dan membuat program yang berfokus pada konsumen. (Sukendar, 2011)
Pengembangan strategi untuk implmentasi sistem produksi just in time dimaksudkan untuk menjamin bahwa transisi ke dalam sistem Just in time akan berjalan dengan mulus dan konsisten. Pengembangan strategi merupakan suatu proses evaluasi terhadap perubahan-perubahan yang harus dibuat dan penetapan prioritas untuk implementasi just in time. Yang menjadi langkah-langkah stateegi implementasi JIT dalamsistem produksi, sebagai berikut:
1.      Memperoleh komitmen dari manajemen puncak. Tanpa komitmen dari manajemen puncak, implementasi dari JIT menjadi tidak efektif dan efisien
2.      Membentuk komite pengarah (streering committee) atau koordinator implementasi just in time. Komite ini akan memantau proses implementasi just in time agar sesuai dengan perencanaan untuk mencapai sasaran perbaikan terus menerus yang diinginkan
3.      Membangun tim kerja sama dan partisipasi total dari semua tingkatan manajemen dan karyawan untuk bekerja sama mencapai sasaran perbaikan terus menerus yang diinginkan
4.      Mendefinisikan rantai proses bernilai tambah, kemudian mendefinisikan proses kerja dengan menggunakan diagram alir proses. Berdasarkan hal kemudian diusahakan untuk menurunkan cycle time dari proses, meyeimbangkan lini proses dengan tenaga kerja dan fasilitas yang ada
5.      Mengembangkan sistem belajar terus menerus melalui pendidikan dan pelatihan yang berfokus pada perbaikan terus menerus terhadap proses, kualitas, produktivitas, dan probabilitas.  (Rahayu, 2003)
Dalam Sistem Just In Time ada beberapa peranan penting yaitu menghasilkan sebuah produk hanya dibutuhkan dan hanya dalam kuantitas yang diminta oleh pelanggan. Menurut Kuncoro (2005:293) berpendapat bahwa Just In Time memiliki beberapa peranan penting diantaranya: 1. Meningkatkan Laba 2. Meningkatkan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui: a. Pengandalian biaya b. Peningkatan kualitas c. Perbaikan kinerja kualitas.  (Putra, 2014)
C. ELEMEN KUNCI SISTEM JIT
1.      Pengurangan waktu set up
Pemilihan waktu, kegiatan set up bisa dipilih menjadi:
a.       Kegiatan eksternal set up: persiapan cetakan dan alat bantu, pemindahan cetakan dan lain-lain
b.      Kegiatan internal set up: bongkar pasang pada mesin, penyetelan mesin dan lain-lain
2.       langkah mengurangi waktu set up
memisahkan pekerjaan set up yang harus di selesaikan selagi mesin berhenti (internal set up) terhadap pekerjaan yang dapat di kerjakan dengan lebih banyak eksternal set up,contohnya: persiapan cetakan, pemindahan cetakan, peralatan, dan lain-lain mengurangi internel set up dengan mengurangi kegiatan penyesuaian (adjusment) menyederhanakan alat bantu dan kegiatan bongkar pasang, menambah personil pembantu, dan lain-lain. Mengurangi total waktu untuk seluruh pekerjaan set up, baik internal maupuneksternal
Contoh:
Jika set up mesin lamanya satu jam(60 menit), bisa di singkirkan menjadi 6 menit. Andaikan lot yang harus di buat banyaknya 3000 buah yang setiap unitnya memakan waktu 1 menit, maka waktu produksinya=1 jam + (3000 x 1 menit)=3060 menit=51 jam, setelah waktu set up di kurangi menjadi 6 menit,maka waktu produksinya menjadi =6 menit + (3000 x 1 menit)=3006
Namun dengan waktu yang sama (3060) dapat di buat lot sebanyak 300 buah dari berbagai jenis,yang di ulang sebanyak 10 kali, yaitu :{6 menit=(300 x 1 menit)} x 10=3060 menit =51 jam .
Hasil ini berarti sistem produksi lebih tanggap terhadap perubahan
2.Aliran produksi lancar (layout)
      Pemborosan yang berkaitan dengan proses layout pada layout proses di temukan berbagai pemborosan, yaitu:
a.       Kesulitan koordinasi dan jadwal produksi
b.      Pemborosan transportasi dan material handling
c.       Akumalsi persedian dalam proses
d.      Lead time produksi yang sangat panjang
e.       Kesulitan mengenali penyebab cacat produksi
f.       Arus material dan prosedur kerja sulit di bakukan
g.      Sulitnya perbaikan kerja karena tidak ada standarisasi
c.Aliran produksi
            proses layout, waktu simpan komponen lama, tingkat persedian tinggi ,dan prioritas kerja sulit di tentukan. Ketidak seimbanagan jalur. Jika proses tidak terkoordinir maka komponen akan terakumulasi sebagai persedian, dan pengaturan kerja akan sulit di lakukan. Set up atau penggantian alat yang makan waktu. Persedian komponen akan menumpuk, sementara proses berikutnya akan tertunda. Kerusakan dan gangguan mesin, jalur akan berhenti dan akan terjadi penumpukan barang dalam proses. Masalah kualitas. Kalau cacat produksi di temukan, maka proses selanjutnya akan brhenti dan pesedian akan menumpuk. Absensi.jika seorang operator ada yang berhalangan kerja dan penggantinya sulit di temukan, maka jalur produksi akan terhenti.

3.Produksi tanpa kerusakan mesin
a.       priview maintenence
1.      Pendekatan untuk mencegah kerusakan dan gangguan mesin
2.      Faktor penyebab gangguan mesin
3.      Gangguan mesin dan penanggulangannya
b. Total productive  maintenance
      belajar bagaimana melakukan pemeliharaan rutin mesin, misalnya: pelumasan, pengencangan baut, dan sebagainya, guna mencegah penurunan daya kerja mesin.
Sementara karyawan bagian pemeliharaan, bisa melakukan antara lain:
1.      Membantu oprator produksi mempelajari kegiatan perawatan yang dapat di lakukan sendiri
2.      Memperbaiki penurunan kemampuan peralatan melalui inspeksi berkala, bongkar pasang , dan penyesuaian atau penyetelan kembali.
3.      Membantu operator menaikan kemampuan perawatan,dan lain-lain
Lima Elemen kunci demi keberhasilan JIT :
1.      Jumlah Pemasok yang terbatasTingkat persediaan yang minimalSistem JIT memotong biaya dengan mengurangi :
a.       ruang yang di butuhkan untuk penyimpanan bahan baku
b.      jumlah penanganan bahan baku
c.       jumlah persedian yang usang
2.      Pembenahan Tata Letak Pabrik Arus Lini adalah jalur fisik yang dilewati oleh sebuah produk pada saat bergerak melalui proses pabrikasi dari penerimaan bahan baku sampai ke pengiriman barang jadi.
Manfaat Arus Lini Ganda:
a)      Meminimalkan biaya penanganan bahan baku
b)      Jumlah penangan bahan baku
c)      Jumlah persedian yang usang.
   3. pengurangan set up Time Masa pengesetan mesin (set up time) adalah waktu yang di butuhkan untuk mengubah perlengkapan, memindahkan bahan baku, dan mendapatkan formulir terkait dan bergerak  cepat untuk mengakomodasikan produk usere yag berbedass
4. Kendali Mutu Terpadu (Total Quality Control)TQC berarti bahwa perusahaan tidak akan memperbolehkan penerimaan penerimaankomponen dan bahan baku yang cacat dari para pemasok, pada BDp maupun pada barang jadi.



BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Just In Time adalah “Suatu falsafah manajemen yang ditujukan untuk melenyapkan pemborosan yang terjadi pada semua aspek manufaktur dan kegiatan lain yang berkaitan dengan proses manufaktur tersebut.
Sasaran utama Just in Time adalah meningkatkan produktifitas sistem produksi atau operasi dengan cara menghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menambah nilai (pemborosan) bagi suatu produk. Sasaran Just in Time menitikberatkan pada continus improvement untuk mencapai biaya produksi yang renda, tingkat produktifitas yang lebih tinggi, kualitas dan reabilitas produk yang lebih baik, memperbaiki waktu penyerahan produk akhir dan memperbaiki hubungan kerja antara pelanggan dan pemasok.
B.     SARAN
Dalam pembuatan makalah mengenai konsep JIT ini pemakalah sudah sedikit memahami mengenai apa itu JIT dan bagaimana cara pengimplikasian konsep JIT serta elemen –elemen JIT ini sendiri. Pemakalah berharap apa yang pemakalah tulis ini dapat menjadi sumber penambahan ilmu bagi pembaca dan pemakalah juga tidak memungkiri ada kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu saran dan kritikan yang membangun sangat pemakalah butuhkan agar makalah yang akan di tulis selanjutnya bisa lebih baik lagi hendak nya.





DAFTAR PUSTAKA
dkk, W. A. (t.thn.). Aplikasi Just In Time dan Pengendalian Persediaan Kentang. jurnal Industria, 23.
Diaz, A. P. (2015). PENERAPAN METODE JIT PEMBELIAN BAHAN BAKU DALAM MENINGKATKAN EFISIENSI BIAYA BAHAN BAKU. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi , VOL. 4 NO. 10.
Kuswanti, R. (2009). Studi Just In Time untuk Meningkatkan Kinerja Produktifitas Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2-3.
Putra, C. (2014). Penerapan Metode Just In Time Untuk Meningkatkan Efisiensi Biaya Persediaan Bahan Baku. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 5.
Rahayu. (2003). Pengaruh Aplikasi Strategi Just In Time terhadap efektifitas dan efesiensi biaya prodeksi pada PT. Santosa Jaya Abadi Sidoarjo . Ekuitas, 443.
Sukendar, H. (2011). Penerapan Just In Time daam Sistem Pembelian Dan Sistem Produksi . Binus Bussiness Review, 449.


https://e-journal.unair.ac.id/JMTT/article/download/2379/1734









Komentar

Postingan Populer